Sepulang
dari mengunjungi penjara, -------sebagaimana saya tulis sebelumnya, apa
yang saya lihat dan rasakan di tempat itu belum bisa hilang dari
ingatan. Ada kesan mendalam
dari kunjungan pertama kali ke tempat tersebut. Banyak hal yang saya
bayangkan, mulai dari keberadaan penjara itu sendiri, arti penting
tempat itu, hingga bayangan tentang penderitaan batin yang dialami oleh
para penghuninya. Bahkan juga terbayang, perbandingan antara sekolah dan
penjara.
Sekolah dan penjara memang berbeda. Perbedaan itu sedemikian jauh. Suasana sekolah seharusnya selalu menyenangkan. Dengan suasana seperti itu, maka siapapun akan tertarik dan betah tinggal di tempat itu. Sebaliknya, penjara adalah
tempat yang tidak menyenangkan dan bahkan dibenci oleh penghuninya
sendiri. Siapapun akan menghindari tempat itu, kecuali para pegawai dan
pejabatnya.
Sekalipun
kedua lembaga tersebut terdapat perbedaan yang sedemikian jauh,
ternyata masih terdapat kesamaannya, yaitu sama-sama menjadikan
penghuninya semakin baik. Di penjara, sekalipun tidak disiksa, orang
yang ditempat di situ secara psikis telah tersiksa. Mereka merasa
disisihkan atau bahkan dibuang. Hak-hak atau kemerdekaannya dibatasi.
Dengan perlakuan seperti itu, diharapkan mereka jera dan kemudian
menjadi lebih baik.
Pertanyaannya adalah, apakah seseorang yang dipenjarakan seperti itu selalu berubah. Tentu, jawabannya
tidak pasti. Sebagian berubah oleh karena jera, akan tetapi sebaliknya,
ada pula yang tidak. Buktinya, menurut informasi petugas penjara
sendiri, terdapat orang yang berulang kali, keluar masuk penjara. Ada saja orang yang hingga sepuluh kali, masuk keluar penjara dengan kesalahan yang sama, misalnya ditangkap dan diadili oleh karena karena mencuri.
Sebaliknya,
------menurut informasi petugas penjara, ada juga mereka yang
bersyukur, karena dipenjara. Mereka merasakan telah mendapatkan
keuntungan. Dari penjara, mereka memperoleh kesadaran tentang makna
kehidupan. Perlakuan selama di penjara berhasil menyadarkan dan
menjadikan dirinya merasa terpanggil untuk berbuat lebih baik. Maka
dengan demikian, penjara bisa dimaknai sama dengan sekolah.
Lain lagi adalah sekolah. Semestinya tempat itu menyenangkan, tetapi ada saja yang merasakannya sebagai penjara. Menyelesaikan program yang seharusnya dilalui, mereka merasakan sedemikian berat, tersiksa, dan lama. Siswa yang merasakan demikian itu, ingin cepat lulus, agar bisa segera keluar dari lembaga itu. Begitu lulus dan berhasil keluar, mereka mengekpresikan gembiranya secara berlebih-lebihan. Mereka berpesta pora dengan cara kebut-kebutan, melakukan corat-coret baju, dan mungkin suasana batinnya persis seperti orang yang keluar dari penjara.
Suasana sekolah mestinya menggembirakan, sehingga menjadikan bagi siapapun betah di tempat itu. Di sekolah, peserta didik mendapatkan
ilmu pengetahuan, selalu bertemu dengan teman, guru, dan apa saja yang
menyenangkan. Oleh karena itu, sekolah selalu dicari
dan bahkan diperebutkan, dan sebaliknya bukan sebagaimana penjara, yang
harus dihindari. Sekolah harus menjadi sekolah, dan bahkan mestinya
menjara pun harus menjadi seperti sekolah, yaitu benar-benar mampu
memperbaiki orang. Jangan sampai, sekolah justru menjadi seperti penjara. Wallahu a’lam.
http://www.uin-malang.ac.id
Thanks for reading: PersamaaN Sekolah Dan Penjara

0 komentar